India dan Kristen

Oleh: Yeheskiel Obehetan, M.Th.

Sekitar tahun 1790-an, di Inggris Raya; ada seorang yang dijuluki sebagai “Orang yang Lamban” tetapi sesungguhnya adalah visioner yang tak kenal lelah. Ia adalah anak sulung dari lima orang bersaudara. Ayahnya adalah seorang penenun yang mengajar di sekolah untuk menghidupi dia dan saudara-saudaranya. Ia adalah orang yang gigih belajar – membaca dan menulis – membaca cerita-cerita petualangan seperti: Robinson Crusoe dan Gulliver’s Travels. Kesehatannya tidak pernah membaik, tetapi ia berhasil magang pada seorang pengrajin sepatu.

Kesehatannya semakin memburuk karena kesukaran keluarganya – seorang bayi meninggal, istrinya mengalami tekanan mental, mereka sering kekurangan uang untuk makan yang layak –  Di atas semua kesulitan ini, obsesinya membawa Injil ke luar negeri, sebagai kewajiban orang Kristen, meningkat.

Pada rapat-rapat para petinggi Gereja, ia menguraikan secara khusus bahwa orang-orang Kristen harus menyebarkan Injil sampai ke ujung-ujung bumi. Naasnya ialah ia sering ditolak dengan argumentasi bahwa “Jika Allah hendak menyelamatkan orang-orang kafir itu, Ia akan berbuat demikian tanpa kau dan saya,” jawab mereka kepadanya.

Sebagai respons terhadap argumentasi di atas. Ia menerbitkan sebuah uraian, “An Enquiry into the Obligation of  Christians  to Use Means  for the Conversion  of the Heathen” (“Sebuah Penyelidikan akan Kewajiban Orang-orang Kristen untuk Memberdayakan Segala Upaya Pertobatan Orang-orang Kafir”).

Tiga Minggu setelah uraian itu diterbitkan, para petinggi Gereja mengundangnya untuk menjelaskan kepada mereka maksud dari uraian tersebut.

Ia menyambut baik undangan di atas.

Teksnya terambil dari Yesaya 54:2-3 “Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu!

Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.”

Temanya: “Nantikan lah perkara-perkara yang agung dari Allah; upayakan lah hal-hal besar bagi Allah.” Lagi-lagi uraiannya tidak ditanggapi dengan baik.

Ia frustrasi sambil berseru, “Apakah tidak ada lagi yang dapat dilakukan? Mengapa Ia tidak mencari orang lain saja yang mau mengambil bagian dan melakukan visinya?”

Pucuk di pucuk lontar pun tiba – lirik salah satu lagu Timor Dawan – Sesuatu telah terjadi. Pada pertemuan berikutnya sebuah perkumpulan misi telah terbentuk. Seorang dokter Kristen, John Thomas, rela melayani di India dan ia membutuhkan seorang rekan. Ia pun memberi dirinya pergi bersama dr. John.

Tidak lama kemudian mereka berangkat dan mendarat di Calcutta pada bulan November 1793. Namun di sana kesulitan terus berlanjut, bahkan tak seorang pun bertobat.

Pada 1800, keluarganya pindah ke Serampore. Di sana mereka menyaksikan pertobatan yang pertama. Kemudian sebuah gereja terbentuk dan terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Bengali pun telah diselesaikan.

Menjelang kematiannya pada tahun 1834, ia menerjemahkan Alkitab dalam empat puluh empat bahasa atau dialek dan membuka beberapa sekolah.

Ia adalah “William Carey” seorang tokoh misi kenamaan. Ia dikenal sebagai bapak misi India.

Tidak berlebihan jika saya berkata bahwa India menjadi Kristen karena pekerjaan “William Carey” disamping penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Tomas – murid Yesus – dan penginjil-penginjil atau misionaris-misionaris lainnya.

Sumber:

1. 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kekristenan, BPK Gunung Mulia, 2012.

2. Kairos: Allah, Gereja dan Dunia, Living Springs Internasional, 2011.

Tinggalkan Balasan