I AM NOT ASHAMED (AKU TIDAK MALU)

  • Post author:
  • Post category:Homilia
  • Post comments:1 Comment

Roma 1:16-17

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”

Pernahkah kita mengalami keraguan dalam memberitakan Injil? Merasa berita ini terlalu kuno untuk dibicarakan, atau Injil hanyalah sebuah berita yang tak begitu penting? Atau kita sudah tahu akan pentingnya Injil, namun malu untuk menyampaikannya kepada mereka yang terlihat hebat dan pintar dibanding kita?

Paulus adalah seorang yang tidak malu dalam memberitakan Injil (Ay. 16). Kata “Keyakinan yang kokoh,” diterjemahkan oleh KJV menjadi “I am not ashamed” artinya aku tidak malu. Ia tidak merasa malu, malah ia merasa perlu atau mengharuskan dirinya dalam memberitakan Injil disana. Terlihat dari ayat sebelumnya yang menceritakan bagaimana Paulus memiliki hutang Injil kepada jemaat di Roma sehingga mengharuskan dirinya untuk memberitakan Injil kepada mereka. Lalu mengapa ia begitu antusias untuk pergi ke Roma, bahkan merasa tidak malu untuk memberitakan Injil disana, padahal kita tahu bersama, bahwa Kota Roma di kenal sebagai kota metropolitan, kota yang dipenuhi dengan orang-orang yang berintelek tinggi?

Yesus berkata dalam Markus 8:38, barangsiapa malu karena Yesus dan perkataan-Nya, maka Ia sendiri akan malu karena orang itu apabila Ia kelak datang dalam kemuliaan Bapa-Nya.

Roma 1:16-17 memperlihatkan kepada kita alasan-alasan yang membawa Paulus tidak malu dalam memberitakan Injil? Berikut adalah alasan-alasannya:

  1. Injil adalah Kekuatan Allah (Ay. 16)

Paulus mengatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya pada-Nya. Perkataan ini disampaikannya dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Ia percaya betul bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Berbeda dengan prespektif Yahudi yang mengatakan bahwa Injil adalah berita memalukan dan hanyalah sebuah mitos seperti yang orang Yunani pikirkan. Makna kekuatan Allah disini menunjukkan bahwa hanya kekuatan Allah saja yang sanggup merobohkan tembok kekerasan hati manusia. Kuasa Allah itu memampukan manusia untuk berbaik dan percaya kepada-Nya.

Setelah Allah memanggil dan menyelamatkan kita, kini Dia juga mau kita menjadi alat keselamatan dengan memberitakan Injil. Tugas kita hanyalah menyampaikan kebenaran Injil ini. Walaupun suatu saat nanti ada seorang yang mengalami pertobatan setelah mendengar dan meresponi Injil yang kita sampaikan, itu bukan karena hebat atau strategi jitu kita dalam menginjili mereka melainkan karena ada kekuatan Allah di dalam Injil yang kita sampaikan itu. Tidak ada partisipasi sedikitpun dari manusia, melainkan hanya kekuatan dan kuasa Allah yang mampu membukakan hati mereka untuk menerima keselamatan di dalam Pemberitaan Injil.

“Pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”. Ini menujuk pada sasaran Injil yang akan kita beritakan. Kata pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani memiliki makna bahwa keselamatan itu disediakan bagi semua orang yang mau percaya kepada-Nya. Tidak terkecuali baik Yahudi maupun Yunani. Memang pada zaman Perjanjian Lama, Yahudilah yang dipilih Allah sebagai penerima janji keselamatan tersebut. Namun dalam perkembangannya keselamatan dari Allah itu tidak hanya secara ekslusif pada bangsa Yahudi namun juga orang di luar Yahudi yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kekuatan Injil sanggup menjangkau setiap orang dari berbagai latar belakang (suku, kaum, dan bahasa).

Lalu bagaimana dengan kita saat ini, apa yang masih menghalangi kita sehingga malu dalam memberitakan Injil? Injil adalah kekuatan Allah yang telah membawa kita mengenal dan menerima keselamatan yang dijanjikan-Nya, dan setelah kita diselamatkan, rindukah kita untuk menyampaikan Injil kepada semua orang yang belum pernah mendengarnya?

2. Di dalam Injil Nyata Kebenaran Allah

Kata “nyata” dalam bahasa asli disebut αποκαλυπτω (dibaca: apokalupto) yang berarti dibukakan, dinyatakan kemudian diikuti kata “kebenaran Allah” yang merujuk pada status kita di hadapan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah menyatakan bagaimana cara agar hubungan-Nya dengan manusia dapat menjadi benar di mata Allah, sama seperti awal Allah menciptakan mereka. Satu-satunya cara yang Allah sediakan agar manusia kembali hidup dalam kebenaran-Nya yaitu dengan beriman kepada Yesus Kristus. Hanya dengan iman kepada-Nya saja setiap orang akan dibenarkan di hadapan Allah (Rm. 5:1).

Hubungan manusia dengan Allah telah terputus akibat dosa. Ini menandakan bahwa sebenarnya tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk dapat kembali kepada kekudusan awal sejak Allah menjadikan manusia. Namun kasih Allah tidak berhenti sampai pada saat kejatuhan manusia di taman Eden, melainkan terus dinyatakan melalui Anak-Nya Yesus Kristus yang adalah satu-satunya jalan yang disediakan Allah agar kita dapat kembali kepada kebenaran yang semula; agar kita dapat berdamai kembali dengan Allah (Rm. 5:1-2, Yoh. 14:6). Kita yang dahulu musuh Allah melalui iman kepada Kristus Yesus, kita diperhitungkan sebagai orang-orang yang benar di mata Allah. Kebenaran Ilahi yang kita terima pada saat percaya kepada Yesus Kristus bukan hanya mengubah status kita yang dahulu sebagai orang berdosa tetapi benar-benar membebaskan kita dari perbudakan dosa. Inilah berita besar, berita yang bernilai kekal yang seharusnya kita sampaikan kepada seluruh dunia bahwa hanya melalui Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan yang ditentukan Allah sejak semula; yang dapat mengubah status kita dihadapan Allah dan membebaskan kita dari belenggu dosa.

Namun, bagaimana mereka dapat mengenal berita sukacita ini, jika kita sendiri tidak memiliki kerinduan untuk menyampaikannya kepada mereka? Ada berjuta-juta orang di luar sana akan hidup dan mati namun belum pernah mendengar siapa Yesus. Maukah kita pergi, maukah kita menyampaikan?

Sama seperti seorang yang tenggelam dalam samudera dan hanya ada kita di sana dengan sebuah ban penyelamat yang kita gengam, demikianlah pentingnya Injil bagi seluruh umat manusia. Manusia telah tenggelam dalam kubangan dosa dan hanya berita Injil yang dapat menarik mereka dan membebaskan mereka dari sana. Namun perlu ada orang yang membagikan berita ini kepada mereka. Maukah kita membagikannya?

Melalui Firman Tuhan hari ini kita belajar untuk tidak malu lagi dalam memberitakan Injil. Mari kita katakan kepada diri kita masing-masing bahwa, “Saya tidak malu dalam memberitakan Injil karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya padanya. Dan hanya di dalam Injil ada kebenaran Allah yang dinyatakan sehingga manusia dapat diselamatkan melalui iman kepada Kristus Yesus.”

OLEH: GLORIA

This Post Has One Comment

  1. Ay.Tr

    <3 Praise the Lord...

Tinggalkan Balasan