Utusan Tuhan Yang Bertanggung Jawab

  • Post author:
  • Post category:Homilia
  • Post comments:0 Comments

Nats: Yunus 1: 1-17

  1. PENDAHULUAN

Di masa-masa sekarang ini ada banyak orang Kristen, yang awalnya memiliki semangat menggebu-gebu saat diutus melayani Tuhan dan begitu antusias mengembangkan pelayanannya, tetapi kemudian berangsur-angsur surut semangatnya dan tidak lagi setia.  Mengapa hal ini bisa terjadi?  Karena mereka tidak memahami arti dan makna dipanggil untuk menjadi utusan Tuhan. Mereka pun berusaha memutar otak mencari alasan untuk menghindarkan diri dari panggilan Tuhan dan mulai menimbang-nimbang jika diutus oleh Tuhan. Hal ini kemudian melahirkan banyak utusan-utusan Tuhan yang tidak bertanggung jawab. Maka dari itu, kita akan merenungkan kebenaran Firman Tuhan ini dengan tema “Utusan Tuhan Yang Bertanggung Jawab”.

Utusan dalam bahasa asli Alkitab menggunakan kata “Shaliakh” dalam bahasa Ibrani dan “Apostolos” dalam bahasa Yunani yang memiliki arti utusan Tuhan/duta Allah. Tugas dari seorang utusan adalah menyampaikan pesan dari tuannya kepada suatu komunitas/perkumpulan atau bisa juga suatu negara dalam rangka mengadakan perdamaian antar kedua belah pihak. Dalam Perjanjian Lama, ada dua utusan Tuhan yaitu malaikat dan nabi-nabi.

Nama Yunus dalam bahasa Ibrani “Yonah” mempunyai arti merpati. Dalam peradaban manusia, burung merpati dipakai sebagai lambang pembawa berita penting dan perdamaian. Bila suatu kerajaan terjepit bahaya, dan sedang dikepung musuh, kedatangan burung merpati yang membawa berita pertolongan dari kerajaan sahabat adalah saat sukacita yang paling dinanti. Ironisnya, Yunus tidak bersikap seperti arti namanya saat dirinya dipanggil dan diutus Tuhan ke negeri Niniwe. Yunus sama sekali tidak peduli terhadap Niniwe yang akan dihancurkan Tuhan karena dosanya.

Yunus adalah nabi Tuhan yang hidup dan melayani di kerajaan Israel utara pada masa pemerintahan Yerobeam II (2Raj. 14:23-25). Ia mendapat panggilan Tuhan untuk memberitakan penghukuman atas Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur, yang merupakan musuh Israel. Pada masa itu kerajaan Israel Utara telah mengalami kehancuran ditangan kerajaan Asyur. Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan peringatan Tuhan, peringatan yang membukakan peluang bertobatnya bangsa yang kejam itu.

Bagaimana respons Yunus terhadap pengutusan tersebut? Ia menolak dan tidak rela untuk pergi ke Niniwe. Yunus adalah salah satu contoh utusan Tuhan yang tidak bertanggung jawab karena dia menolak dan juga mencoba lari dari panggilan Tuhan. Dalam konteks firman Tuhan ini, dari pribadi Yunus, kita akan belajar mengenai prinsip-prinsip yang harus ada pada “Utusan Tuhan Yang Bertanggung Jawab.”

1. Taat pada panggilan Allah (Ayat 1-3)

Di kala Yunus sedang terlena dengan kesibukannya sendiri, datanglah Firman Tuhan kepadanya: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe”, untuk menyerukan pertobatan (ay. 2), sebab 40 hari lagi Allah akan menunggangbalikkannya (Yun. 3:1-4). Kata bangunlah menunjukkan seruan yang menyadarkan sang nabi akan kelalaiannya, untuk segera bangkit dan pergi menunaikan tugas panggilannya. Sebab Allah tidak menghendaki Niniwe, kota yang besar itu binasa (Yun. 4:11). Niniwe, ibu kota Asyur yang menguasai dunia saat itu, dianggap sebagai simbol pusat kehidupan dunia. Seperti Allah mengasihi Israel umat-Nya, demikian juga Allah mengasihi umat manusia di seluruh muka bumi ini.

Di sini, Yunus memiliki pandangan yang berbeda. Kejahatan penduduk Niniwe yang luar biasa telah membuat Yunus bersikap antipati terhadap mereka. Yunus berpikir bahwa ia mempunyai pilihan dalam merespons panggilan Tuhan, karena itu ia memilih untuk tidak taat dan menolak serta melarikan diri ke Tarsis (ayat 3). Sebagai seorang utusan Tuhan yang menerima tugas untuk memberitakan firman Tuhan, Yunus lupa bahwa panggilan Tuhan bukanlah sebuah pilihan. Menyatakan kehendak Tuhan merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan setiap utusan Tuhan sebagai bentuk ketaatan pada panggilan Tuhan.

Yunus melarikan diri dari panggilan Tuhan dan menolak untuk memberitakan amanat Tuhan kepada orang Niniwe karena takut mereka akan bertobat dan lolos dari hukuman Tuhan. Ia tidak ingin Allah mengasihani bangsa lain kecuali Israel, dan khususnya bukan Asyur. Yunus telah lupa bahwa rencana pokok Allah bagi Israel adalah agar mereka menjadi utusan yang memberkati orang non-Israel dan menolong mereka mencapai pengenalan akan Allah (Kej 12:1-3; bd. Yes 49:3). Bagaimanapun upaya Yunus untuk lari dari kehendak Tuhan, ada cara Tuhan yang unik untuk membawa kembali Yunus kepada tugas yang ia harus terima, yaitu dengan memakai orang-orang yang tidak percaya.

APLIKASI:

Kristus telah memanggil orang-orang percaya untuk menunaikan tugas misioner yang bahkan lebih besar daripada tugas Yunus yaitu menjadi utusan yang pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil. Akan tetapi, seperti Yunus, banyak orang percaya kurang berminat pada pekerjaan utusan dan mereka hanya menaruh perhatian untuk membangun persekutuan mereka sendiri.

2. Memiliki kepekaan (ayat 4-10)

Setelah kapal yang dinaiki Yunus berlayar menuju Tarsis, TUHAN menurunkan atau melemparkan atau melepaskan badai ke laut. Pada zaman itu kapal-kapal berukuran kecil dan tidak cukup kuat untuk menahan badai besar. Hal ini membuat semua orang yang ada di kapal menjadi penuh ketakutan. Mereka bahkan sampai membuang muatan-muatan yang ada di kapal demi bisa lolos dari badai yang mengguncang mereka.

Akan tetapi ketika hidup orang-orang di kapal sedang terancam bahaya besar, Yunus malah sedang tidur nyenyak. Ini menunjukkan bagi kita bahwa Yunus tidak memiliki kepekaan dengan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Seharusnya, kondisi ini menjadi momen bagi Yunus untuk mengenalkan Tuhan yang sanggup menolong dan melepaskan mereka dari badai yang sedang terjadi.

Ketika nahkoda yang adalah pemimpin kapal melakukan inspeksi yang saksama terhadap kapalnya, ia begitu terkejut karena melihat begitu tidak pekanya Yunus dengan apa yang sedang terjadi. Nahkoda dalam rasa putus asa menasihati Yunus untuk berdoa kepada Allah-Nya. Ini menjadi sebuah ironi dimana seorang utusan Tuhan yang harusnya mengingatkan orang lain untuk membangun komunikasi dengan Tuhan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya.

APLIKASI:

Dalam kehidupan kekristenan masa kini, ada banyak orang percaya yang tidak memiliki kepekaan terhadap kondisi di sekitarnya. Dewasa ini ada banyak orang percaya sama seperti Yunus yang tertidur dan tidak peduli, sekalipun di sekitar mereka orang sedang binasa secara rohani dalam badai kehidupan.

3. Menjadi berkat (ayat 11-17)

Yunus akhirnya melihat betapa dahsyat bencana yang telah dia bawa kepada para penumpang kapal itu karena ketidaktaatannya dalam menjadi seorang utusan yang bertanggung jawab. Setelah pembuangan undi dilakukan untuk mencari penyebab badai tersebut dan Yunus yang terpilih, dia menyuruh mereka membuangnya ke laut. Kesediaan Yunus untuk mati demi keselamatan para pelaut menunjukkan betapa besar rasa bersalahnya karena tidak menaati Allah dan karena membahayakan jiwa mereka.

Para penumpang kapal itu, yang tidak mau memperlakukan nyawa manusia secara sembarangan, sehingga mereka memegang dayung-dayung mereka dalam usaha keras yang terakhir untuk mencapai pantai dalam badai. Kepedulian mereka terhadap satu nyawa sangat berbanding terbalik dengan sikap Yunus, yang telah menolak serta melarikan diri dari Tuhan karena dia tidak ingin melihat orang-orang Niniwe diselamatkan dari kehancuran.

Pada akhirnya semua upaya/usaha yang mereka lakukan menjadi sia-sia. Yunus pun mengambil keputusan dan meminta mereka untuk membuang Yunus ke dalam laut agar mereka selamat dari badai tersebut. Dari sini kita bisa melihat satu hal positif yang dilakukan Yunus setelah memahami teguran Tuhan yaitu menjadi berkat. Sikap Yunus ini, kemudian membuat semua orang yang ada di kapal mengenal siapa Tuhan bahkan mereka sampai mempersembahkan korban dan bernazar kepada Tuhan. Inilah hasil yang diperoleh ketika utusan Tuhan bertanggung jawab terhadap panggilan Tuhan.

APLIKASI

Allah mengirim badai besar di Laut untuk menunjukkan bagi Yunus bahwa dia harus menaati panggilan-Nya sebagai serorang utusan. Akibat dari ketidaktaatan Yunus, nyawa para penumpang di kapal itu terancam bahaya. Jikalau kita tidak sepenuhnya mengabdi kepada Allah dan kehendak-Nya bagi hidup kita, keluarga kita dan orang lain akhirnya akan menderita juga. Tetapi jika kita menjalankan tugas sebagai utusan Tuhan yang bertanggung jawab maka kita menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

PENUTUP

Menjadi utusan Tuhan bukanlah perkara yang mudah. Ketika kita tidak bertanggung jawab sebagai seorang utusan Tuhan, maka ada konsekuensi yang harus kita terima. Yunus harus mengalami peristiwa paling mengerikan seumur hidupnya yaitu masuk dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Ini adalah konsekuensi bagi Yunus karena tidak menjadi utusan Tuhan yang bertanggung jawab.

Namun Tuhan tetap mengasihi Yunus sehingga Dia memberi kesempatan bagi Yunus untuk benar-benar menjalankan tugas sebagai utusan Tuhan yang bertanggung jawab.  Akhirnya Yunus pergi ke Niniwe dan menjalankan tugasnya sebagai utusan Tuhan.  Melalui pelayanannya orang-orang Niniwe bertobat dan seluruh penduduk kota itu diselamatkan. Jika kita dipercaya Tuhan menjadi utusan-Nya, mari kita lakukan dengan ketaatan pada panggilan-Nya, dengan memiliki kepekaan dan dengan menjadi berkat, karena tidak semua orang beroleh kesempatan yang sama untuk menjadi utusan Tuhan. Amin…

OLEH: REZA FERDINANDUS

Reza Ferdinandus (Mahasiswa STT Arrabona)

Tinggalkan Balasan